Lewat Kajian “Diskursus Ekoteologi dalam Pemikiran Ulama Klasik”, Wakil Rektor I Ajak Kampus Hadir Menjawab Isu Ekologi
Humas – Pada Selasa (05/08) Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap kesadaran lingkungan berbasis nilai-nilai keislaman.
Hal itu terbukti dengan digelarnya kegiatan Serial Kajian Ekoteologi yang mengangkat tema Diskursus Ekoteologi dalam Pemikiran Ulama Klasik, yang bertempat di Gedung BEC International Class.
Kegiatan yang diselenggarakan sebagai penguatan atmosfer akademik tersebut, dibuka langsung oleh Wakil Rektor I UIN KHAS Jember, Prof. Dr. M. Khusna Amal, S.Ag., M.Si. Dalam sambutannya, Prof. Amal (sapaan akrabnya) menekankan pentingnya ruh akademik dalam membentuk reputasi perguruan tinggi.
“Akademik adalah ruh sejati dari sebuah perguruan tinggi. Tanpa ruh ini, keberadaan kampus hanya menjadi bangunan fisik tanpa arah. Reputasi perguruan tinggi tidak semata diukur dari kekuatan finansial atau infrastruktur, tetapi dari kemampuannya melahirkan ilmu pengetahuan, membentuk tradisi keilmuan, dan menjadi rujukan intelektual di tengah masyarakat,” ujar beliau.
Diskusi yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB tersebut, merupakan episode kedua dari Lingkar Kajian Strategis (LKS) yang dihidupkan kembali oleh Wakil Rektor I dengan melibatkan seluruh dosen di lingkungan kampus.
Hasilnya, kegiatan yang dicanangkan rutin digelar sekali dalam sepekan tersebut mendapatkan apresiasi dan menarik antusiasme para dosen senior maupun dosen muda UIN KHAS Jember.
Kegiatan diskusi terbuka ini menghadirkan Dr. KH. Abdul Wahab Ahmad, M.H.I, dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember sekaligus Sekretaris Umum MUI Kabupaten Jember. Dalam pemaparannya, pakar pemikiran Islam klasik ini menjelaskan bahwa wacana ekoteologi bukan hal baru, melainkan telah menjadi bagian dari warisan keilmuan Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW.
Lebih lanjut, Dr. Wahab menyampaikan bahwa Ekoteologi Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Nabi Muhammad SAW secara eksplisit membahas keseimbangan alam, bahkan dalam konteks peperangan pun, Islam melarang perusakan lingkungan.
Ada Beberapa ayat Al-Qur’an yang menjadi dasar ekoteologi antara lain Al-Hijr 19-22, An-Nazi’at 30-33, dan Al-An’am 141 yang melarang eksploitasi berlebihan terhadap alam. Ada pula Hadits Nabi tentang larangan menebang pohon, larangan mengotori jalan, hingga anjuran menghidupkan tanah yang mati.
Lebih menarik lagi, narasumber yang juga pimpinan salah satu pondok pesantren tersebut mengungkapkan mengenai pendapat para ulama klasik seperti Al-Munawi yang memandang zakat sebagai harmoni antara manusia dan alam, Al-Qurthubi yang menyatakan menanam pohon sebagai kewajiban, serta Izzuddin bin Abdissalam yang menegaskan bahwa inti dari syariat adalah kemaslahatan, termasuk kemaslahatan ekologis.
Moderator dalam kegiatan ini, Ahmad Badrus Sholihin, M.A., turut memandu diskusi yang berlangsung interaktif. Terlihat para peserta kegiatan yang hadir dari kalangan dosen tersebut begitu aktif dan produktif dalam partisipasi jalannya proses tanya jawab.
Melalui rangkaian kegiatan LKS (Lingkar Kajian Strategis) mengenai Ekoteologi, diharapkan mampu untuk menggairahkan atau menghidupkan kembali iklim akademik di UIN KHAS Jember ke depannya. Wadah inovatif ini (LKS-red) merupakan tameng yang dikokohkan untuk melawan kelesuan akademik akhir-akhir ini.
Oleh karenanya melalui LKS, UIN KHAS Jember ingin menegaskan sebagai pusat keilmuan Islam yang unggul, serta juga menunjukkan kepedulian institusi terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan degradasi nilai-nilai ekologis.
Penulis: Atiyatul Mawaddah
Editor: Munirotun Naimah




