Berkarya dengan Cinta Bersama Ning Khilma Anis
Humas - Di sebuah ruang yang penuh semangat pada Sabtu (20/9/2025), UIN Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, bekerja sama dengan Kementerian Agama Kabupaten Jember serta Persatuan Guru Madrasah (PGM), menggelar Workshop Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah melalui Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta. Dari balik rangkaian acara itu, hadir satu sesi yang paling ditunggu: Berkarya dengan Cinta bersama Ning Khilma Anis, penulis novel Hati Suhita yang namanya telah menembus batas dunia literasi hingga layar lebar.
Suasana hangat terpancar ketika Erfan Efendi, M.Pd, moderator acara, membuka percakapan dengan satu pertanyaan sederhana: bagaimana mungkin sebuah karya lahir tanpa cinta? Pertanyaan itu kemudian dijawab Ning Khilma dengan bahasa yang teduh, namun tajam menusuk rasa.
“Yen seneng bakal langgeng,” ujar perempuan yang dikenal dekat dengan sejarah Jawa itu. Kalimat Jawa kuno yang berarti jika mencintai, maka akan bertahan lama itu ia ulang beberapa kali, seakan ingin meneguhkan keyakinan bahwa cinta bukan sekadar perasaan, melainkan energi keberlanjutan. Menurutnya, tanpa cinta, sebuah pekerjaan atau karya akan berhenti di tengah jalan, rapuh dan mudah runtuh.
Ning Khilma tidak hanya menuturkan teori. Ia mengikat hadirin dengan kisah pribadinya, tentang bagaimana ia jatuh hati pada profesi guru dan dunia tulis-menulis. Ia bekerja mati-matian, hingga pada akhirnya, profesi yang ia cintai itu pun “mencintainya kembali”. Dari ruang kelas sederhana, ia melahirkan Hati Suhita, sebuah novel yang bukan hanya dibaca, tetapi dihidupi banyak orang, lalu melesat ke panggung nasional, menjadi film, dan kini bersiap hadir dalam bentuk serial.
Ia pun mengenang wejangan sang ayah yang tak pernah hilang dari ingatan: “Jika kamu bersungguh-sungguh mewujudkan cita-citamu, semesta akan membantumu.” Dulu, kalimat itu sempat membuatnya mengernyitkan dahi. Namun waktu membuktikan, jalan terjal yang ia lalui justru membentangkan dukungan dari banyak tangan. Sebuah perjalanan yang menegaskan, cinta dan kesungguhan tak pernah bertepuk sebelah tangan.
Selama satu jam, ruang workshop menjadi saksi bagaimana cinta menjelma kekuatan. Diskusi pun ditutup dengan tanya jawab hangat dari para peserta, banyak di antaranya adalah guru madrasah sekaligus penggemar setia Hati Suhita. Kamera ponsel berderet terangkat, tanda momen itu ingin diabadikan dalam swafoto, tanda tangan, bahkan senyum kecil dari sang penulis.
Acara ditutup bukan sekadar dengan tepuk tangan, melainkan dengan keyakinan baru bahwa pendidikan, seperti juga karya, hanya akan langgeng bila dijalankan dengan cinta.
Penulis: Atiyatul Mawaddah
Editor: Munirotun Naimah




